Boy In The Poster
Emma Roberts
Andrew Garfield
“Tapi kamu
tidak nyata, kamu semu, semua orang hanya akan mengatakan aku gila!” ucap gadis
itu seraya menangis menatap poster-poster yang ada dihadapannya. Seorang pria
tampan hanya tersenyum simpul yang membuat gadis itu semakin gila atas
perlakuannya kepadanya.
“sudah gila aku menginginkanmu, sudah cukup sabar aku ditatap seakan orang tidak berpendidikan dihadapan semua orang yang selalu menceritakan tentang kamu yang tidak nyata. Aku capek, aku ingin membunuhmu!” lagi-lagi si gadis itu menangis, namun kali ini semakin menjadi-jadi. Apa salah ku? Batinnya. Lelaki tampan itu tidak merespon perkataan gadis itu, hanya senyuman-senyuman manis yang ia berikan kepada gadis itu seakan dia memberitahu kepada gadis itu untuk selalu bersabar.
“sudah cukup lama aku bersabar, kamu harus segera muncul dihadapan semuanya. Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mau!” gadis cantik itu sudah habis kesabarannya sedangkan lelaki tampan dihadapannya itu hanya bisa pasrah, ia tidak tahu harus berbuat apa. yang ia tahu ini semua mustahil dan akan membuatnya tidak bisa kembali ke dunianya, dunia yang berbeda dengan gadis itu.
“sudah gila aku menginginkanmu, sudah cukup sabar aku ditatap seakan orang tidak berpendidikan dihadapan semua orang yang selalu menceritakan tentang kamu yang tidak nyata. Aku capek, aku ingin membunuhmu!” lagi-lagi si gadis itu menangis, namun kali ini semakin menjadi-jadi. Apa salah ku? Batinnya. Lelaki tampan itu tidak merespon perkataan gadis itu, hanya senyuman-senyuman manis yang ia berikan kepada gadis itu seakan dia memberitahu kepada gadis itu untuk selalu bersabar.
“sudah cukup lama aku bersabar, kamu harus segera muncul dihadapan semuanya. Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mau!” gadis cantik itu sudah habis kesabarannya sedangkan lelaki tampan dihadapannya itu hanya bisa pasrah, ia tidak tahu harus berbuat apa. yang ia tahu ini semua mustahil dan akan membuatnya tidak bisa kembali ke dunianya, dunia yang berbeda dengan gadis itu.
Seorang
gadis tersenyum manis saat melihat rumah barunya, ya Ia bersama ayah dan kedua
kakaknya berpindah rumah untuk melupakan segala kenangan manis bersama almarhum
ibunya. Ibunya meninggal akibat penyakit jantung yang dideritanya, keluarga
Hortman tidak pernah mengetahui penyikat wanita itu karena Ia tidak pernah
bercerita dan tidak ingin membuat semuanya mengkhawatirkannya. Sekarang
keluarga Hortman yang beranggotakan 5 orang, bersisa 4 orang. John Hortman
adalah nama pengusaha terbesar di negaranya, Ia terkenal baik namun tegas dan
tidak segan-segan memecat pegawainya apabila bekerja tidak becus. Ia mempunyai
satu putra tampan yang mewarisi wajahnya, satu putri cantik yang mewarisi
kecantikan almarhumah Istrinya dan satu putri cantik yang mewarisi ketampanan
dan kecantikan antara keduanya, ya wajahnya bagaikan perpaduan antara dirinya
dan Almarhumah istrinya itu. Putranya yang pertama bernama Virlo Hortman
seorang pemuda tampan nan sukses di usianya yang sangat muda yaitu 19 tahun,
wajahnya tampan seperti ayahnya, rahangnya tegas yang menunjukan dia adalah
orang yang berwibawa, matanya berwarna biru toska menambah ketampanan dirinya
itu. Putrinya yang kedua adalah Virly Hortman seorang Virlo dalam bentuk wanita
cantik namun matanya berwarna coklat pekat seperti mata ibunya. Virly adalah
saudara kembar Virlo. Waktu kelahiran mereka hanya berselang 5 menit saja.
Virly yang masih duduk dibangku kuliah psikologi berbeda dengan Virlo yang
sudah bekerja sebagai CEO muda karena sewaktu SD,SMP, dan SMA Virlo mengikuti
kelas akselerasi yang membuat jarak mereka seperti kakak beradik yang berbeda 3
tahun padahal umur mereka sama. Putrinya yang terakhir adalah Veranda Hortman
yang akrab dipanggil Ve. Gadis cantik ini mempunyai mata berwarna hijau,
berbeda dengan ayah atau ibunya. Rambut berwarna pirang coklat dan tubuh bak
miss univers. Usia Ve berbeda 2 tahun dibawah kakak-kakaknya. Ia sekarang duduk
di bangku kuliah semester 1 jurusan seni lukis. Jiwa seni dalam yang diturunkan
oleh ibunya mengalir pekat dalam darahnya. Ia sangat menyukai seni, apapun ide
yang ada dalam dirinya, ia salurkan lewat melukis.
***
Rumah yang
besar ini sebenarnya sudah direncanakan saat ibunya masih hidup, namun belum
sempat ibunya menginjak rumah ini, ia sudah dipanggil oleh tuhan yang lebih
menyayanginya. Ve menata kamarnya sendiri, ia menempel beberapa poster lelaki
tampan yang tidak ia sendiri tidak tahu siapa lelaki itu. Saat itu ia sedang
berkhayal, membayangkan lelaki yang sangat tampan menjadi pasangannya kelak,
tanpa ia sadari, ia melukisnya dalam canvas dan jadilah lukisan lelaki tampan
ini yang langsung dicetak oleh Ve dalam bentuk poster. Setiap kakak-kakaknya
atau teman-temannya bertanya siapa lelakis dalam poster itu, Ve hanya menjawab
ia adalah calon pasangannya kelak yang langsung disuguhi tawa menggelegar oleh
kakak-kakaknya dan teman-temannya. Ve sampai saat ini belum pernah berpacaran
walaupun sebenarnya banyak pria tampan yang ingin mendekatinya tapi Ve selalu
menolak dengan alasan bukan tipenya. Ve sendiri tidak tahu pria seperti apa
yang ia inginkan. Yang ia tahu ada satu pria yang selalu menghantuinya dalam
mimpi, pria itu entah siapa dan pria itu adalah pria yang ada didalam poster
yang sedang ia tempelkan saat ini. Tidak hanya ada satu poster yang
bergambarkan pria itu tapi ada belasan poster yang terter disan. Dari mulai
pria itu sedang tersenyum sampai marah. Entahlah, Ve selalu berharap pria yang
ada didalam posternya itu nyata.
“Ve, sudah
selesai?” tanya Virly kakaknya.
“sebentar
lagi Vi, kamu bisa bantu?” ujar Ve. ya, Ve selalu memanggil kakak perempuannya
itu Vivi karena umur mereka yang berdekatan membuat mereka seperti sahabat
bukan kakak beradik. Virly membantu adiknya itu menempel poster-poster yang
tersisa.
“buat apa
kamu masih menempel poster laki-laki yang kamu sendiri tidak tahu siapa dia?”
tanya Virly heran.
“kamu gak
akan ngerti Vi, dia itu mimpiku. Dan kamu tahu? Kenyataan itu adalah buah dari
mimpi” ucap Ve mantap yang hanya disuguhi delikan dari kakaknya itu.
“eh Vi, kak
Virlo mana ya?” berbeda dengan Virly, Ve memanggil Virlo dengan sebutan kakak
karena Virlo benar-benar menunjukan sikap ke-kakak-annya pada adik-adiknya.
“mungkin dia
sedang di kamarnya” jawab Virly lalu di-oh-ria kan oleh Ve.
“sudah
selesai. Aku ke kamar Virlo dulu ya Ve”
“ya, makasih
Vi” ucap Ve lalu Virly tersenyum dan berlalu meninggalkan Ve.
Ve mencari
ponselnya berniat untuk menghubungi sahabatnya-Karin- untuk memberitahu bahwa
Ve sudah pindah rumah. Belum sempat Ve menghubungi Karin, Ve merasa angin
berhembus dengan kencang kedalam kamarnya karena jendela dan pintu kamarnya
yang mengarah ke balkon terbuka. Segera saja Ve menutup jendela dan pintunya
karena takut angin akan merusak semuanya yang sudah ia tata dengan rapih.
Setelah Ve menutupnya Ia kambali ke kasurnya tapi Ia terkejut saat mendapati
Pria tampan duduk di ujung ranjangnya.
“si..si..siapa
kau?” tanya Ve sedikit takut.
“apakah kamu
tidak mengenalku? Bukankah kamu selalu memandangiku setiap waktu?” lelaki itu
tersenyum manis kearah Ve. Sedangkan Ve, sedang mengingat-ingat siapa pria
dihadapannya ini. Ve benar-benar buntu, Ia tidak tahu siapa pria dihadapannya
ini.
“a..aku
tidak mengenal kau, bagaimana bisa kau berada di kamarku? Sekarang keluarlah!”
perintah Ve, sekarang pria itu mendekat ke arah Ve, Ve mundur mnjauhi pria itu.
“karena kamu
yang menyimpanku disini, dikamarmu”
“apa
maksudmu?”
Lelaki itu
mengalihkan pandangan ke salah satu poster yang ditempel Ve dikamarnya itu dan
Ve mengikuti arah pandagannya. Betapa terkejutnya Ve saat mendapati salah satu
posternya hanya kertas putih. Ia tak dapat percaya, apakah Pria dihadapannya
itu adala pria yang selalu ia impikan itu?
“ya, aku
adalah pria yang selalu kau puja dan selalu kau tatap”
“ta..tapi..bagaimana
mungkin?”
“karena...”
Tiba-tiba
Virly masuk kedalam kamarnya.
“Ve? Kamu
bicara sama siapa?” tanya Virly heran.
“Bersama
dia” Ve menunjuk ke arah Pria itu berada tapi aneh lelaki itu tidak ada, lalu
Ve melihat ke arah posternya tadi. Poster itu jadi bergambar pria itu lagi. Apakah aku berkhayal? Pikiran Ve
bertanya-tanya.
“siapa Ve?
Disini tidak ada siapa-siapa” tanya Virly lebih heran lagi dengan kelakuan
adiknya itu.
“ah, Vi.
Sepertinya aku tadi berkhayal pria diposter itu hidup dan menyapaku”
“jangan
banyak melamun, Ve. Ayo kebawah kita makan malam ayah dan Virlo sudah menunggu”
ajak Virly dan Ve mengikuti dari belakang dengan pikiran masih bertanya-tanya. Ah aku sudah gila Batinnya.
***
“Bagaimana
Ve? Kamu suka kamar baru kamu?” tanya Jhon-ayah VE- tapi Ve tidak bergeming dia
masih sibuk dengan pikirannya. Dia masih teringat kejadian tadi. Sekuat mungkin
Ve berpendapat bahwa tadi hanya khayalannya saja tapi tetap saja Ve merasa itu
sangat nyata. Lamunan Ve buyar saat Virly menyenggol tangannya.
“Ya, kenapa
Vi?” tanya Ve.
“tadi kamu
ditanya sama daddy” jawab Virly.
“Oh ya.
Whats up, dad?” tanya Ve kepada Jhon.
“apakah kamu
suka dengan kamar kamu yang baru?”
“ya, dad. Ve
sangat suka” jawab Ve lalu tersenyum dan melanjutkan makannya.
Setelah
acara makan malam itu berakhir, Ve kembali ke kamarnya dan mengunci diri. Lalu
Ve menatap poster-posternya itu. Apa tadi
nyata? Batinnya. Ve mengusap posternya yang masih utuh, tidak seperti tadi
berwarna putih tanpa coretan sedikitpun. Ve berharap kejadian tadi nyata tapi
disisi lain juga Ve takut, takut hal buruk akan terjadi padanya kelak.
“Hai” Ve
menyapa lelaki yang ada dalam poster itu “apakah tadi nyata? Kurasa, aku yang
terlalu menghayal” lanjutnya lagi.
***
Hari
berganti pagi. Seperti biasa Ve akan pergi kuliah dipagi hari karena dia ingin
menghabiskan waktu petangnya bersama teman atau keluarganya. Ve bangun dari
tidurnya, Ia langsung melihat jam di dinding. Masih pukul 6 pikirnya. Ve masuk kedalam kamar mandi untuk
memanjakan dirinya sejenak.
Ve keluar
dari kamar mandi dengan pakaian sudah rapih, Ia tinggal berdandan sedikit lalu
pergi sarapan bersama keluarganya. Lagi-lagi pria itu sudah ada di ranjang Ve.
Kali ini Ve mencubit dirinya sendiri, memastikan dia berkhayal atau tidak. Tapi..
“aww..” Ve
merengguh kesakitan saat dirinya mencubit tangannya dengan kencang.
“ka...kau..siapa
kau sebenarnya?” tanya Ve.
“aku tidak
tahu siapa aku, kau yang menciptakanku. jadi sepertinya kau lebih tahu siapa
aku” ucap lelaki itu yang berhasil membuat Ve keheranan.
“aku..aku
tidak tahu..tapi bagaimana caranya kau bisa keluar dari poster ku itu? Apakah
itu sangat mustahil?”
Tokk.tok..tok..
suara pintu Ve berbunyi. “Ve, cepatlah ini sudah siang. Apakah kamu kuliah pagi
hari ini?” suara dibalik pintu mengagetkan keduanya.
“ya sebentar
Vi, aku sedang dandan” ucap Ve berbohong.
“Ya,
cepatlah” kemudian tidak ada lagi suara dibalik pintu itu.
“Kau harus
menjelaskan padaku saat aku pulang kuliah nanti” ujar Ve lalu berlalu
meninggalkan kamarnya dan sedikit lari menuju ruang makan.
“Ve, tadi
kau berbicara dengan siapa di kamar?” tanya Virlo saat Ve hendak duduk
didepannya.
“Oh itu,
tadi Karin temanku menelponku” jawab Ve berbohong. Ia tidak ingin dikira gila
oleh keluarganya.
“tapi tadi
aku mendengar kau berdebat. Ada apa?” sekarang gantian Virly yang bertanya pada
Ve.
“oh ya, aku
meminta dia menjemputku tapi dia tidak mau. Jadi hari ini kak Virlo antar aku
ke Kampus ya?” ucap Ve berbohong dan sedikit merayu kakaknya. Kemudian Virlo
hanya mengangguk. Ayahnya hanya tersenyum melihat tingakah anak-anaknya itu.
***
“Hati-hati,
Ve” ucap Virlo saat membukakan pintu mobil untuk Ve saat berada didepan kampus
Ve.
“ya kak,
nanti tidak perlu jemput. Ve akan pulang bersama Karin” ucap karin kemudian
dikecupnya pipi kakaknya itu.
Setiap Ve
masuk ke kampusnya itu, Ia tidak lepas dari pandangan dari orang-orang
disekitarnya. Bukan hanya kaum Adam yang memperhatikan Ve, tapi kaum hawa pun
banyak yang memperhatikannya entah itu karena iri atau kagum. Saat itu ia
mendengar percakapan antara wanita-wanita tidak jelas membicarakannya. Yang
paling Ve dengar adalah kata-kata wanita berambut pirang coklat “Lihatlah, dia
diantar lelaki tampan, pantas saja semua lelaki yang mendekatinya ditolak” Ve hanya
tersenyum menang dalam hati dan merasa sudah terbiasa dengan tatapan-tatapan
dan ucapan-ucapan seperti itu dan Ve tidak pernah menghiraukan mereka yang
mengaguminya atau membencinya.
Ve melihat kesekeliling kampusnya itu, Ia mencari
keberadaan sahabatnya-Karin-.
“Ve!” seseorang memanggil Ve dari belakang yang langsung ditengok oleh Ve.
“Hi, Kai. Whats up?” tanya Ve saat melihat keberadaan Kai. Kai Alvonso adalah salah satu pewaris perusahaan Alvonso. Ia sangat tampan, matanya berwarna coklat pekat dan rambutnya berwarna hitam legam yang membuat semua wanita mengaguminya. Tapi tidak dengan Ve. Sudah beberapa kali Kai meminta Ve untuk menjadi kekasihnya selalu saja penolakan yang diterima oleh Kai.
“Ve!” seseorang memanggil Ve dari belakang yang langsung ditengok oleh Ve.
“Hi, Kai. Whats up?” tanya Ve saat melihat keberadaan Kai. Kai Alvonso adalah salah satu pewaris perusahaan Alvonso. Ia sangat tampan, matanya berwarna coklat pekat dan rambutnya berwarna hitam legam yang membuat semua wanita mengaguminya. Tapi tidak dengan Ve. Sudah beberapa kali Kai meminta Ve untuk menjadi kekasihnya selalu saja penolakan yang diterima oleh Kai.
“Aku hanya
ingin mengajakmu dinner malam ini. Apakah kamu mau?” tanya Kai sedikit ragu.
“oh, maaf
Kai. Aku tidak bisa, malam ini aku sudah punya janji bersama...” Ve menggantung
pembicaraanya.
“Bersama
siapa Ve?” tanya Kai lagi. Karin datang mengahampiri mereka berdua yang membuat
lampu dalam otak Ve terang.
“Bersama
Karin, ya kan Kar?” tanya Ve pada Karin yang baru datang. Karin menatap Ve tak
mengerti, Ve menjawabnya dengan isyarat di matanya dengan memberikan tatapan
mematikan pada Karin seakan memberitahu Kau
harus mengatakan IYA.
“ya, malam
ini aku dan Ve akan pergi kerumah baru Ve” ujar Karin yang membuat Ve merasa
lega.
“Oh kalau
begitu malam besok?” pinta Kai lagi.
“Oh, Tuan Alvonso saya tidak janji” ucap Ve “dan
sekarang aku harus masuk kelas, bye” lanjut Ve lalu pergi menggandeng Karin
meninggalkan Kai. Ve sengaja berbohong pada Kai karena malam ini ia akan
menghabiskan waktunya di kamarnya bersama pria yang ada dalam posternya dan ia
akan bertanya banyak mengapa dia bisa muncul dihadapannya dan keluar dari
poster itu.TBC







